Sabtu, 05 Oktober 2013

Pacaran? Boleh Gak Sih?

Assalamu'alaikum readers^^
Kalian tau gak apa itu 'cinta'? kalo menurutku cinta itu yaa saling mengasihi satu sama lain, misal kayak sesama teman, terus cinta sama ibu-bapak, yang penting cinta sama Allah^^

Sebenernya, cinta sama lawan jenis itu yaa emang udah fitrahnya manusia, yaa karena cintalah keberlangsungan hidup kita (manusia) tetap bisa terjaga. Islam sebagai agama yang sempurna juga sudah mengatur bagaimana menyalurkan fitrah cinta tersebut dalam syariatnya yang rahmatan lil 'alamin


Nah, tapi mirisnya remaja sekarang ini menyalurkan rasa cinta itu dengan hal yang tidak syar'i, yaa biasanya disebut 'pacaran'. Sebenernya, Islam memandang pacaran itu gimana sih? Check it out!

PACARAN?

 
Memang larangan Islam terhadap pacaran ini tuh ngga diterangkan secara gamblang, makanya itu mungkin hal ini menjadi salah satu faktor mengapa orang awam gak begitu peduli sama hukum-hukum larangan pacaran T^T
Tapi, dalam dunia dakwah Islam, larangan pacaran itu hal yang sudah sangaaaat sekali mudah dimengerti, makanya itu kayaknya aneh banget kalo ada orang yang mengaku aktivis dakwah Islam tapi masih pacaran._.

Emang sih larangannya gak dijelaskan secara gamblang, tapi ternyata sudah banyak dalil-dalil peringatan terhadap pacaran. You know lah, pacaran itu MENDEKATI ZINA.

"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isra [17] : 32)

Apa aja sih perbuatan yang tergolong dalam kategori MENDEKATI ZINA?

  • Saling memandang, manja, bersentuhan (berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, dll), berdua-duaan. Sadar gak sih kalau hal-hal ini sering kita jumpai sama orang-orang yang pacaran? padahal jelas itu DILARANG agama.

Kita dapat melihat bahwa bentuk pacaran bisa mendekati zina. 
Semula diawali dengan pandangan mata terlebih dahulu. Lalu pandangan itu mengendap di hati. Kemudian timbul hasrat untuk jalan berdua. Lalu berani berdua-duan di tempat yang sepi. 
Setelah itu bersentuhan dengan pasangan. Lalu dilanjutkan dengan ciuman. Akhirnya, sebagai pembuktian cinta dibuktikan dengan berzina. –Naudzu billahi min dzalik-. 
Lalu pintu mana lagi paling lebar dan paling dekat dengan ruang perzinaan melebihi pintu pacaran?!
Mungkinkah ada pacaran Islami? Sungguh, pacaran yang dilakukan saat ini bahkan yang dilabeli dengan ’pacaran Islami’ tidak mungkin bisa terhindar dari larangan-larangan di atas. Renungkanlah hal ini!


Pacaran Islami???

Mustahil Ada Pacaran Islami. 
Salah seorang dai terkemuka pernah ditanya: ”Ngomong-ngomong, dulu bapak dengan ibu, maksudnya sebelum nikah, apa sempat berpacaran?”
Dengan diplomatis, si dai menjawab,”Pacaran seperti apa dulu? Kami dulu juga berpacaran, tapi berpacaran secara Islami. Lho, gimana caranya? Kami juga sering berjalan-jalan ke tempat rekreasi, tapi tak pernah ngumpet berduaan. Kami juga gak pernah melakukan yang enggak-enggak, ciuman, pelukan, apalagi –wal ‘iyyadzubillah- berzina.
Nuansa berpikir seperti itu, tampaknya bukan hanya milik si dai. 
Banyak kalangan kaum muslimin yang masih berpandangan, bahwa pacaran itu sah-sah saja, asalkan tetap menjaga diri masing- masing. Ungkapan itu ibarat kalimat, “Mandi boleh, asal jangan basah.” Ungkapan yang hakikatnya tidak berwujud.
Karena berpacaran itu sendiri, dalam makna apapun yang dipahami orang-orang sekarang ini, tidaklah dibenarkan dalam Islam. Kecuali kalau sekedar melakukan nadzar (melihat calon istri sebelum dinikahi, dengan didampingi mahramnya), itu dianggap sebagai pacaran. Atau setidaknya, diistilahkan demikian. Namun itu sungguh merupakan perancuan istilah. 
Istilah pacaran sudah terlanjur dipahami sebagai hubungan lebih intim antara sepasang kekasih, yang diaplikasikan dengan jalan bareng, jalan- jalan, saling berkirim surat, ber SMS ria, dan berbagai hal lain, yang jelas-jelas disisipi oleh banyak hal-hal haram, seperti pandangan haram, bayangan haram, dan banyak hal-hal lain yang bertentangan dengan syariat.
Bila kemudian ada istilah pacaran yang Islami, sama halnya dengan memaksakan adanya istilah, meneggak minuman keras yang Islami. Mungkin, karena minuman keras itu di tenggak di dalam masjid. Atau zina yang Islami, judi yang Islami, dan sejenisnya. 
Kalaupun ada aktivitas tertentu yang halal, kemudian di labeli nama-nama perbuatan haram tersebut, jelas terlalu dipaksakan, dan sama sekali tidak bermanfaat.

Pacaran? Bolehhh tapi setelah Menikah ya!

Islam yang sempurna telah mengatur hubungan dengan lawan jenis. Hubungan ini telah diatur dalam syariat suci yaitu pernikahan. 
Pernikahan yang benar dalam Islam juga bukanlah yang diawali dengan pacaran, tapi dengan mengenal karakter calon pasangan tanpa melanggar syariat. 
Melalui pernikahan inilah akan dirasakan percintaan yang hakiki dan berbeda dengan pacaran yang cintanya hanya cinta bualan.

Dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; 
“Kami tidak pernah mengetahui solusi untuk dua orang yang saling mencintai semisal pernikahan.” 
(HR. Ibnu Majah no. 1920. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani)

Kalau belum mampu menikah, tahanlah diri dengan berpuasa. 
Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda; “Barangsiapa yang mampu untuk menikah, maka menikahlah. Karena itu lebih akan menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu bagaikan kebiri.” 
(HR. Bukhari dan Muslim)

Ibnul Qayyim berkata; 
Hubungan intim tanpa pernikahan adalah haram dan merusak cinta, malah cinta di antara keduanya akan berakhir dengan sikap saling membenci dan bermusuhan, karena bila keduanya telah merasakan kelezatan dan cita rasa cinta, tidak bisa tidak akan timbul keinginan lain yang belum diperolehnya.

Cinta sejati akan ditemui dalam pernikahan yang dilandasi oleh rasa cinta pada-Nya. Mudah- mudahan ALLAH memudahkan kita semua untuk menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya. 
Allahumma inna nas’aluka ’ilman nafi’a wa rizqon thoyyiban wa ’amalan mutaqobbbalan.

Dari Ibnu Abbas r.a. dikatakan: "Tidak ada yang ku perhitungkan lebih menjelaskan tentang dosa-dosa kecil dari pada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Allah telah menentukan bagi anak Adam bagiannya dari zina yang pasti dia lakukan. Zinanya mata adalah melihat (dengan syahwat), zinanya lidah adalah mengucapkan (dengan syahwat), zinanya hati adalah mengharap dan menginginkan (pemenuhan nafsu syahwat). maka farji (kemaluan) yang membenarkan atau mendustakannya." (HR. Al-Bukhari dan Imam Muslim)
Dalil diatas ini diperkuat lagi oleh beberapa hadits dan ayat Al-Qur'an, seperti:

  • "Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan dengan wanita kecuali bersama mahramnya" (HR. Al-Bukhari dan Imam Muslim)
  • "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah seorang laki-laki sendirian dengan seorang wanita yang tidak disertai mahramnya. Karena sesungguhnya yang ketiganya adalah syaitan" (HR. Imam Ahmad)
  • "Seandainya kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi, itu lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya." (Hadits Hasan, Thabrani dalam Mu'jam Kabir 20/174/386)
  • "Demi Allah tangan Rasulullah SAW tidak pernah menyentuh tangan wanita (bukan mahram) sama sekali meskipun dalam keadaan memba'iat. Beliau tidak memba'iat mereka kecuali dengan mengatakan: "Saya ba'iat kalian". (HR. Al-Bukhari)
  • "Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidak-lah seperti wanita-wanita lain, jika kamu bertaqwa. Maka janganlah kamu tunduk (merendahkan suara) dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik" (QS. Al-Ahzab [33]: 32)



Semoga Bermanfaat!^^